Hampir semua orang tahu bahwa menguap bisa menular. Tapi studi terbaru menemukan bahwa menguap lebih cepat menular pada orang yang punya ikatan khusus seperti antar pasangan, anggota keluarga dan teman dekat dibanding orang asing.
Peneliti dari University of Pisa di Italia melakukan analisis terhadap 109 laki-laki dan perempuan dari berbagai negara selama 2 jam pada satu kesempatan. Setiap kali ada subjek yang menguap, maka anggota lain yang ikut menguap di sekitarnya dicatat oleh peneliti.
"Hasil penelitian kami menunjukkan penularan menuap terutama didorong oleh kedekatan emosional antara individu dan bukan oleh variabel lain seperti jenis kelamin dan warga negaranya," ujar Ivan Norscia dan Elisabetta Palagi, seperti dikutip dari ABCNews, Kamis (8/12/2011).
Dalam hasil studi yang dilapokan di jurnal PLoS One ini diketahui menguap paling menular diantara kerabat dan pasangan hidup, lalu diikuti oleh teman dan kemudian baru kenalan atau orang asing. Hal ini karena adanya penundaan dalam respons menguap pada orang asing dibandingkan dengan teman dan kerabatnya.
Sampai saat ini hanya sedikit yang diketahui tentang fenomena penularan menguap. Diketahui menguap merupakan sinyal kelelahan, stres atau kebosenan. Dan sama seperti tersenyum, menguap merupakan bentuk empati.
Penularan menguap dipengaruhi oleh adanya ikatan empati yang menghubungkan 2 orang, karena itu penularan ini lebih mudah terjadi pada orang yang memiliki kedekatan tersendiri.
"Daerah saraf terkait dengan lingkup emosional yang dirangsang oleh subyek yang melihat orang lain menguap. Dengan melihat maka timbul rangsangan yang memicu respons menguap," ungkapnya.
Beberapa studi menunjukkan manfaat dari menguap bisa menstabilkan tekanan di kedua sisi gendang telinga, melenturkan otot dan sendi di tubuh serta meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.
Jika seseorang menguap, maka ada tahapan yang terjadi yaitu:
1. Dimulai dengan mulut terbuka
2. Rahang bergerak ke bawah
3. Memaksimumkan udara yang mungkin bisa diambil ke dalam paru-paru
4. Menghirup udara
5. Otot-otot perut berkontraksi
6. Diafragma didorong ke bawah paru-paru
7. Terakhir beberapa udara ditiupkan kembali dan mulut menutup.
Peneliti dari University of Pisa di Italia melakukan analisis terhadap 109 laki-laki dan perempuan dari berbagai negara selama 2 jam pada satu kesempatan. Setiap kali ada subjek yang menguap, maka anggota lain yang ikut menguap di sekitarnya dicatat oleh peneliti.
"Hasil penelitian kami menunjukkan penularan menuap terutama didorong oleh kedekatan emosional antara individu dan bukan oleh variabel lain seperti jenis kelamin dan warga negaranya," ujar Ivan Norscia dan Elisabetta Palagi, seperti dikutip dari ABCNews, Kamis (8/12/2011).
Dalam hasil studi yang dilapokan di jurnal PLoS One ini diketahui menguap paling menular diantara kerabat dan pasangan hidup, lalu diikuti oleh teman dan kemudian baru kenalan atau orang asing. Hal ini karena adanya penundaan dalam respons menguap pada orang asing dibandingkan dengan teman dan kerabatnya.
Sampai saat ini hanya sedikit yang diketahui tentang fenomena penularan menguap. Diketahui menguap merupakan sinyal kelelahan, stres atau kebosenan. Dan sama seperti tersenyum, menguap merupakan bentuk empati.
Penularan menguap dipengaruhi oleh adanya ikatan empati yang menghubungkan 2 orang, karena itu penularan ini lebih mudah terjadi pada orang yang memiliki kedekatan tersendiri.
"Daerah saraf terkait dengan lingkup emosional yang dirangsang oleh subyek yang melihat orang lain menguap. Dengan melihat maka timbul rangsangan yang memicu respons menguap," ungkapnya.
Beberapa studi menunjukkan manfaat dari menguap bisa menstabilkan tekanan di kedua sisi gendang telinga, melenturkan otot dan sendi di tubuh serta meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.
Jika seseorang menguap, maka ada tahapan yang terjadi yaitu:
1. Dimulai dengan mulut terbuka
2. Rahang bergerak ke bawah
3. Memaksimumkan udara yang mungkin bisa diambil ke dalam paru-paru
4. Menghirup udara
5. Otot-otot perut berkontraksi
6. Diafragma didorong ke bawah paru-paru
7. Terakhir beberapa udara ditiupkan kembali dan mulut menutup.
Penulis : Vera Farah Bararah - Detik health
sumber
menguap, sebab menguap, penyebab menguap, manfaat menguap
0 komentar:
Posting Komentar