Hujan es disertai angin kencang dan puting beliung menerjang beberapa kawasan di Kediri dan Malang, Jumat (21/10). Badai yang disebut ‘palak taon’ juga menyapu beberapa wilayah Bangkalan. Pepohonan tumbang dan ratusan rumah roboh dan kejadian itu.
Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisik (BMKG) Surabaya mengimbau kepada warga Jatim agar mewaspadai cuaca pancaroba, yakni peralihan dari musim kemarau ke penghujan, seperti saat ini. Sebab, cuaca ekstrem dibarengi angin kencang, hujan deras, petir, hujan es, dan angin puting beliung, bisa terjadi setiap saat. Dan ini bisa mengancam keselamatan warga.
Seperti yang terjadi di Kediri, Jumat (21/10) sore, angin kencang yang disertai hujan es dan kemudian disambung angin puting beliung menerjang beberapa kawasan di Dusun Kweden, Desa Karangrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri.
klik gambar untuk memperbesarPihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisik (BMKG) Surabaya mengimbau kepada warga Jatim agar mewaspadai cuaca pancaroba, yakni peralihan dari musim kemarau ke penghujan, seperti saat ini. Sebab, cuaca ekstrem dibarengi angin kencang, hujan deras, petir, hujan es, dan angin puting beliung, bisa terjadi setiap saat. Dan ini bisa mengancam keselamatan warga.
Seperti yang terjadi di Kediri, Jumat (21/10) sore, angin kencang yang disertai hujan es dan kemudian disambung angin puting beliung menerjang beberapa kawasan di Dusun Kweden, Desa Karangrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri.
Pepohonan tumbang dan ratusan rumah warga rusak disapu puting beliung. Hingga kemarin malam belum ada laporan korban jiwa.
Bencana itu berawal sekitar pukul 15.00 WIB, saat tiba-tiba ada awan hitam menggantung di atas Kweden disertai dengan angin semilir yang kemudian berubah menjadi kencang. Warga kaget karena tiba-tiba rumah mereka diguyur butiran es sebesar biji jagung.
Saat mereka memeriksa kondisi di luar rumah dan menyaksikan hujan es, mendadak ada angin kencang dari timur yang berputar-putar menyapu permukiman warga. “Suaranya bergemuruh. Saya tak berani masuk rumah. Dua cucu saya ini menangis ketakutan,” ujar Ny Sumarmi, warga Kweden.
Perempuan itu menjerit-jerit ketika melihat puting beliung itu kemudian menerbangkan genting dan atap rumah warga. Ia melihat ada beberapa tembok rumah ambrol. Pepohonan di sepanjang jalan dusun juga roboh. Bahkan ada juga kios bensin yang melayang-layang dimainkan angin. “Saya sempat membayangkan tsunami di Aceh,” ungkap Ny Rusminah, warga lainnya.
Sejumlah warga berlarian ke musala menyelamatkan diri. Sokib (40), mengaku sedang memberi makan ternak saat puting beliung menumbangkan sejumlah pepohonan di sekitar rumahnya. “Saya terperangah kaget dan langsung meneriakkan adzan,” ungkapnya.
Sedangkan Arifin (49) juga terperangah melihat pohon mangga di belakang rumahnya ambruk. “Saya langsung ajak istri keluar rumah,” tuturnya.
Puluhah kios rusak, terutama atapnya. Sejumlah pohon berumur puluhan tahun ambruk, termasuk dua tanaman angsana raksasa di punden dusun. Kabel listrik juga ada yang putus. “Kios saya tinggal kerangkanya. Suasana mencekam sekali,” keluh Yono. Jalan ke makam, tambah Samuri, tertutup pepohonan yang tumbang.
Kasun Karangrejo Saiful Efendi mengatakan, angin puting beliung bertiup selama sekitar 10 menit. Ia belum bisa mendata kerusakan secara riil. Namun, ia melihat hampir semua rumah warga rusak. “Yang atapnya tersingkap jumlahnya banyak. Tapi, kalau yang rusak parah ada sekitar tiga rumah. Tiga rumah itu atap hilang dibawa angin,” jelasnya.
Angin puting beliung juga dirasakan warga Dusun Nambaan yang bersebelahan dengan Dusun Kweden. Sejumlah tanaman di sawah tercabut dan pepohonan juga tumbang.
Hujan es juga dirasakan warga Desa Doko, Kecamatan Ngasem, Kediri. Menurut Arif hujan es sebesar butiran kerikil yang mengguyur kawasan permukiman sempat membuat warga panik. Beruntung kejadian ini hanya berlangsung sekitar 2-3 menit.
Tak hanya di Kediri, di Bululawang, Kabupaten Malang, hujan es diikuti angin puting beliung juga terjadi selama sekitar 10 menit sejak pukul 14.45 WIB kemarin. Sebanyak 65 rumah di RT 16-22 Dusun Krebet Timur, Desa Krebet, rusak disapu angin dan ditimpa pepohonan yang roboh. Dari jumlah itu, 2 rumah rusak berat.
”Namun, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini,” kata Adi Supriono, Camat Bululawang. Di Krebet timur ini, pada 2004 juga pernah disapu puting beliung. Saat itu, 78 rumah roboh.
Kepala Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Hafi Lutfi menyatakan, selain rumah rusak, puting beliung juga menyebabkan sekitar 2.500 ekor ayam tewas dan pagar di PG Krebet Baru roboh dan terseret sejauh kira-kira 500 meter.
Sejumlah kabel listrik, lanjut Hafi, putus tertimpa pohon, sehingga aliran listrik di beberapa titik terpaksa dipadamkan. Sekitar pukul 20.00 WIB kemarin, listrik nyala kembali.
Nanang, warga RT 22 RW 5 mengatakan, hujan es dengan butiran sebesar kerikil juga mengguyur permukiman warga Bululawang. Sementara Wito mengaku beruntung karena saat pohon randu setinggi sekitar 20 meter menimpa rumahnya, ia dan keluarga sedang berada di rumah mertua.
Di Bangkalan, angin puting beliung merusak sekitar 77 bangunan di Kecamatan Burneh. Camat Ismet Effendy kemarin malam menyatakan bangunan rusak itu terletak di tiga desa di Burneh dan satu kelurahan di Kecamatan Kota, Bangkalan.
Ke-77 bangunan yang rusak itu meliputi 2 unit rumah makan, 75 unit rumah warga, dengan rincian 60 rumah rusak ringan, 15 rumah rusak berat, dan satu di antaranya nyaris rata dengan tanah. Selain merusak puluhan rumah warga, angin puting beliung yang wilayah itu juga merusak pos polisi dan dan pos pantau Dinas Perhubungan di pintu akses tol Jembatan Suramadu.
Atap dua pos pantau petugas ini jebol diterjang angin kencang yang hanya berembus sekitar 10 menit kemarin sore. Hingga Jumat malam, warga masih bergotong royong membantu memperbaiki reruntuhan bangunan rumah yang rusak akibat angin puting beliung itu. Belum ada laporan korban jiwa dalam peristiwa ini.
Kapoksi Analisa dan Prakiraan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda Joko Sulistyo mengatakan, secara umum saat ini di Jatim sedang memasuki musim pancaroba, yakni peralihan dari musim kemarau ke penghujan. Sehingga kerap terjadi cuaca ekstrem, seperti angin puting beliung, hujan es, petir, dan hujan sangat deras. “Cuaca ekstrem terjadi karena fenomena awan Cumulonimbus (CB),” ujarnya kemarin.
Kondisi tersebut, diperkirakan akan berlangsung hingga Desember 2011. Pasalnya, musim pancaroba di wilayah Jatim terjadi tidak bersamaan. Di wilayah selatan, seperti Malang dan Kediri, awal musim penghujan diperkirakan terjadi akhir Oktober 2011 hingga awal November 2011. Sedangkan di wilayah Surabaya dan sekitar pada 11-20 November 2011, dan wilayah Tapalkuda dan Madura Jatim diperkirakan awal Desember 2011.
Sehingga hampir bersamaan dengan terjadinya angin puting beliung di wilayah Malang pada pukul 13.00 WIB, BMKG Juanda juga mendapatkan laporan terjadinya angin puting beliung di wilayah Bangkalan. ”Tapi, skalanya lokal, misalnya, satu kelurahan dan berlangsung antara 5 – 10 menit saja,” tutur Ari Pulung, Prakirawan BMKG Juanda.
Meski demikian, baik Joko maupun Ari meminta masyarakat mewaspadai kemungkinan seringnya terjadi cuaca ekstrem selama musim pancaroba ini. ”Jika tidak waspada, bisa sangat berbahaya,” ingat Joko, diamini Ari.
Hal senada juga diungkapkan Kasi Data dan Informasi BMKG Kelas II Maritim Perak Bambang Setiajid. Fenomena hujan es seperti terjadi di Kediri dan Malang, katanya, tidak mengherankan. Hujan es, katanya, terjadi saat puncak awan mencapai ketinggian sekitar 11 km dari permukaan air laut.
Pada musim pancaroba, katanya, hujan es memang kerap terjadi. Awan Cumulonimbus yang kian menebal membentuk lapisan es. Karena terjadi pemanasan, belum sempat butiran es itu pecah sudah lebih dulu jatuh ke bumi. “Kebetulan jatuh di Kediri,” jelas Bambang.
Hujan es, lanjut Bambang, biasanya memang terjadi saat musim panas tinggi seperti saat ini, bukan pada musim hujan. Selain hujan es, peluang angin puting beliung pada musim pancaroba juga sangat tinggi. Jatim termasuk wilayah yang sering dilanda angin puting beling.
Hanya saja, sampai saat ini pihak BMKG belum bisa memprediksi daerah mana yang berpotensi tinggi angin puting beliung. Namun, wilayah pantura seperti Surabaya, Gresik, Lamongan, Tuban, hingga beberapa wilayah lain berpotensi tinggi.
“Semua tidak bisa memprediksi daerah yang paling berpotensi puting beliung. Semua daerah di Jatim berpotensi. Sebab, angin itu bisa berembus kemana pun. Saat ini, memang potensi itu sedang mulai. Kami memprediksi, kemarau di Surabaya akan berakhir pada pertengahan November 2011,” urai Bambang.
Dalam literatur, tak hanya puting beliung yang berbahaya bagi manusia. Bisa dibayangkan kalau butiran es itu berdiameter 17,8 cm seperti yang pernah mengguyur Potter, Nebraska, pada 6 Juli 1928.
Sebagian besar hujan es terjadi di daerah lintang 30-60 derajat dari garis Khatulistiwa. Di dataran yang anginnya bertiup dari jajaran pegunungan besar. Hujan es intens bisa terjadi setiap kali udara hangat dan lembap tertolak ke tempat yang amat tinggi, bahkan di dekat Khatulistiwa.
Kericho, kawasan kebun teh setinggi 2.175 meter di atas permukaan laut di negara Kenya Afrika, lebih sering diguyur hujan es dibanding tempat lain.
Selama 2009 ada terjadi 306 badai es destruktif di 16 negara bagian merusak hasil panen dan bangunan senilai lebih dari lima triliun di AS. Para ahli khawatir, musim panas yang lebih hangat dan lembap akan mengakibatkan jumlah itu terus membengkak.
Bencana itu berawal sekitar pukul 15.00 WIB, saat tiba-tiba ada awan hitam menggantung di atas Kweden disertai dengan angin semilir yang kemudian berubah menjadi kencang. Warga kaget karena tiba-tiba rumah mereka diguyur butiran es sebesar biji jagung.
Saat mereka memeriksa kondisi di luar rumah dan menyaksikan hujan es, mendadak ada angin kencang dari timur yang berputar-putar menyapu permukiman warga. “Suaranya bergemuruh. Saya tak berani masuk rumah. Dua cucu saya ini menangis ketakutan,” ujar Ny Sumarmi, warga Kweden.
Perempuan itu menjerit-jerit ketika melihat puting beliung itu kemudian menerbangkan genting dan atap rumah warga. Ia melihat ada beberapa tembok rumah ambrol. Pepohonan di sepanjang jalan dusun juga roboh. Bahkan ada juga kios bensin yang melayang-layang dimainkan angin. “Saya sempat membayangkan tsunami di Aceh,” ungkap Ny Rusminah, warga lainnya.
Sejumlah warga berlarian ke musala menyelamatkan diri. Sokib (40), mengaku sedang memberi makan ternak saat puting beliung menumbangkan sejumlah pepohonan di sekitar rumahnya. “Saya terperangah kaget dan langsung meneriakkan adzan,” ungkapnya.
Sedangkan Arifin (49) juga terperangah melihat pohon mangga di belakang rumahnya ambruk. “Saya langsung ajak istri keluar rumah,” tuturnya.
Puluhah kios rusak, terutama atapnya. Sejumlah pohon berumur puluhan tahun ambruk, termasuk dua tanaman angsana raksasa di punden dusun. Kabel listrik juga ada yang putus. “Kios saya tinggal kerangkanya. Suasana mencekam sekali,” keluh Yono. Jalan ke makam, tambah Samuri, tertutup pepohonan yang tumbang.
Kasun Karangrejo Saiful Efendi mengatakan, angin puting beliung bertiup selama sekitar 10 menit. Ia belum bisa mendata kerusakan secara riil. Namun, ia melihat hampir semua rumah warga rusak. “Yang atapnya tersingkap jumlahnya banyak. Tapi, kalau yang rusak parah ada sekitar tiga rumah. Tiga rumah itu atap hilang dibawa angin,” jelasnya.
Angin puting beliung juga dirasakan warga Dusun Nambaan yang bersebelahan dengan Dusun Kweden. Sejumlah tanaman di sawah tercabut dan pepohonan juga tumbang.
Hujan es juga dirasakan warga Desa Doko, Kecamatan Ngasem, Kediri. Menurut Arif hujan es sebesar butiran kerikil yang mengguyur kawasan permukiman sempat membuat warga panik. Beruntung kejadian ini hanya berlangsung sekitar 2-3 menit.
Tak hanya di Kediri, di Bululawang, Kabupaten Malang, hujan es diikuti angin puting beliung juga terjadi selama sekitar 10 menit sejak pukul 14.45 WIB kemarin. Sebanyak 65 rumah di RT 16-22 Dusun Krebet Timur, Desa Krebet, rusak disapu angin dan ditimpa pepohonan yang roboh. Dari jumlah itu, 2 rumah rusak berat.
”Namun, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini,” kata Adi Supriono, Camat Bululawang. Di Krebet timur ini, pada 2004 juga pernah disapu puting beliung. Saat itu, 78 rumah roboh.
Kepala Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Hafi Lutfi menyatakan, selain rumah rusak, puting beliung juga menyebabkan sekitar 2.500 ekor ayam tewas dan pagar di PG Krebet Baru roboh dan terseret sejauh kira-kira 500 meter.
Sejumlah kabel listrik, lanjut Hafi, putus tertimpa pohon, sehingga aliran listrik di beberapa titik terpaksa dipadamkan. Sekitar pukul 20.00 WIB kemarin, listrik nyala kembali.
Nanang, warga RT 22 RW 5 mengatakan, hujan es dengan butiran sebesar kerikil juga mengguyur permukiman warga Bululawang. Sementara Wito mengaku beruntung karena saat pohon randu setinggi sekitar 20 meter menimpa rumahnya, ia dan keluarga sedang berada di rumah mertua.
Di Bangkalan, angin puting beliung merusak sekitar 77 bangunan di Kecamatan Burneh. Camat Ismet Effendy kemarin malam menyatakan bangunan rusak itu terletak di tiga desa di Burneh dan satu kelurahan di Kecamatan Kota, Bangkalan.
Ke-77 bangunan yang rusak itu meliputi 2 unit rumah makan, 75 unit rumah warga, dengan rincian 60 rumah rusak ringan, 15 rumah rusak berat, dan satu di antaranya nyaris rata dengan tanah. Selain merusak puluhan rumah warga, angin puting beliung yang wilayah itu juga merusak pos polisi dan dan pos pantau Dinas Perhubungan di pintu akses tol Jembatan Suramadu.
Atap dua pos pantau petugas ini jebol diterjang angin kencang yang hanya berembus sekitar 10 menit kemarin sore. Hingga Jumat malam, warga masih bergotong royong membantu memperbaiki reruntuhan bangunan rumah yang rusak akibat angin puting beliung itu. Belum ada laporan korban jiwa dalam peristiwa ini.
Kapoksi Analisa dan Prakiraan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda Joko Sulistyo mengatakan, secara umum saat ini di Jatim sedang memasuki musim pancaroba, yakni peralihan dari musim kemarau ke penghujan. Sehingga kerap terjadi cuaca ekstrem, seperti angin puting beliung, hujan es, petir, dan hujan sangat deras. “Cuaca ekstrem terjadi karena fenomena awan Cumulonimbus (CB),” ujarnya kemarin.
Kondisi tersebut, diperkirakan akan berlangsung hingga Desember 2011. Pasalnya, musim pancaroba di wilayah Jatim terjadi tidak bersamaan. Di wilayah selatan, seperti Malang dan Kediri, awal musim penghujan diperkirakan terjadi akhir Oktober 2011 hingga awal November 2011. Sedangkan di wilayah Surabaya dan sekitar pada 11-20 November 2011, dan wilayah Tapalkuda dan Madura Jatim diperkirakan awal Desember 2011.
Sehingga hampir bersamaan dengan terjadinya angin puting beliung di wilayah Malang pada pukul 13.00 WIB, BMKG Juanda juga mendapatkan laporan terjadinya angin puting beliung di wilayah Bangkalan. ”Tapi, skalanya lokal, misalnya, satu kelurahan dan berlangsung antara 5 – 10 menit saja,” tutur Ari Pulung, Prakirawan BMKG Juanda.
Meski demikian, baik Joko maupun Ari meminta masyarakat mewaspadai kemungkinan seringnya terjadi cuaca ekstrem selama musim pancaroba ini. ”Jika tidak waspada, bisa sangat berbahaya,” ingat Joko, diamini Ari.
Hal senada juga diungkapkan Kasi Data dan Informasi BMKG Kelas II Maritim Perak Bambang Setiajid. Fenomena hujan es seperti terjadi di Kediri dan Malang, katanya, tidak mengherankan. Hujan es, katanya, terjadi saat puncak awan mencapai ketinggian sekitar 11 km dari permukaan air laut.
Pada musim pancaroba, katanya, hujan es memang kerap terjadi. Awan Cumulonimbus yang kian menebal membentuk lapisan es. Karena terjadi pemanasan, belum sempat butiran es itu pecah sudah lebih dulu jatuh ke bumi. “Kebetulan jatuh di Kediri,” jelas Bambang.
Hujan es, lanjut Bambang, biasanya memang terjadi saat musim panas tinggi seperti saat ini, bukan pada musim hujan. Selain hujan es, peluang angin puting beliung pada musim pancaroba juga sangat tinggi. Jatim termasuk wilayah yang sering dilanda angin puting beling.
Hanya saja, sampai saat ini pihak BMKG belum bisa memprediksi daerah mana yang berpotensi tinggi angin puting beliung. Namun, wilayah pantura seperti Surabaya, Gresik, Lamongan, Tuban, hingga beberapa wilayah lain berpotensi tinggi.
“Semua tidak bisa memprediksi daerah yang paling berpotensi puting beliung. Semua daerah di Jatim berpotensi. Sebab, angin itu bisa berembus kemana pun. Saat ini, memang potensi itu sedang mulai. Kami memprediksi, kemarau di Surabaya akan berakhir pada pertengahan November 2011,” urai Bambang.
Dalam literatur, tak hanya puting beliung yang berbahaya bagi manusia. Bisa dibayangkan kalau butiran es itu berdiameter 17,8 cm seperti yang pernah mengguyur Potter, Nebraska, pada 6 Juli 1928.
Sebagian besar hujan es terjadi di daerah lintang 30-60 derajat dari garis Khatulistiwa. Di dataran yang anginnya bertiup dari jajaran pegunungan besar. Hujan es intens bisa terjadi setiap kali udara hangat dan lembap tertolak ke tempat yang amat tinggi, bahkan di dekat Khatulistiwa.
Kericho, kawasan kebun teh setinggi 2.175 meter di atas permukaan laut di negara Kenya Afrika, lebih sering diguyur hujan es dibanding tempat lain.
Selama 2009 ada terjadi 306 badai es destruktif di 16 negara bagian merusak hasil panen dan bangunan senilai lebih dari lima triliun di AS. Para ahli khawatir, musim panas yang lebih hangat dan lembap akan mengakibatkan jumlah itu terus membengkak.
sumber
Tags
hujan es landa kediri dan malang, hujan es di kediri, hujan es di malang, hujan es di bojonegoro, hujan es di jatim, hujan es di indonesia, hujan es kediri, hujan es malang.
0 komentar:
Posting Komentar